Iri yang gue maksud pada blog ini notabene adalah iri dalam artian yang positif. Lalu bagaimana bisa iri dikatakan menjadi perbuatan positif? Tentu bisa. Tanpa ada perasaan iri, kita semua tidak akan pernah menjadi orang yang sukses dan dapat mencapai impian yang dicita-citakan. Hidup tentu akan menjadi datar jika tidak dilandasi perasaan iri.
Masih bingung? Oke, iri dalam arti yang positif adalah sebuah perasaan atau pemompa bagi diri kita sendiri agar bisa mencapai prestasi yang lebih baik dari orang lain. Misal, kalian punya teman yang punya skill mumpuni di bidang komputer. Di sisi lain kemampuan kalian sendiri di bidang komputer tidak terlalu mahir. Apa jadinya jika kalian tidak punya rasa iri terhadap teman kalian itu? Tentu selamanya skill kalian di bidang komputer hanya segitu-gitu saja alias tidak bisa melebihi skill yang dimiliki teman kalian itu.
Lain halnya jika kalian mempunyai rasa iri yang luar biasa terhadap teman kalian tersebut. Rasa iri yang kalian punya akan memercikkan 'bara api' pada diri kalian dan mulai berpikir bagaimana kalian bisa mengalahkan teman kalian itu di bidang komputer. Dengan memiliki semangat yang berapi-api, dengan tujuan kalian bisa lebih hebat di bidang komputer, kalian akan mengerahkan seluruh kemampuan yang ada agar keinginan kalian untuk menjadi seorang yang mahir di bidang komputer bisa tercapai. Untuk mencapai keinginan tersebut tentu bisa dimulai dengan belajar mengenai seluk-beluk komputer setiap hari, mengulik ilmu dasar komputer yang sudah kalian dapatkan, dan cara-cara lainnya.
Itulah yang gue alami sampai detik ini. Gue tipe orang yang tidak suka melihat orang lain jauh lebih pintar dan selangkah lebih maju dari gue. Tapi itu hanyalah sebagai pembakar semangat bagi diri gue sendiri agar terlecut untuk bisa seperti orang tersebut.
Sebagai contoh, sewaktu SD bisa dibilang gue kurang mahir berbahasa Inggris dan kurang ada keinginan kuat untuk bisa mahir berbahasa Inggris. Tapi ketika gue melihat salah satu teman gue yang mahir berbahasa Inggris dan banyak teman-teman lain yang ingin belajar bahasa Inggris ke teman gue tersebut, terketuklah hati gue dan mulai berbicara ke diri gue sendiri, 'Aldi, lo harus jago bahasa Inggris!'
Selepas lulus SD dan masuk ke SMP, tanpa pikir panjang saya meminta orang tua gue untuk mendaftarkan gue ke LIA (salah satu kursus Bahasa Inggris). Di LIA sendiri, gue mulai dari tingkat Basic, tingkat dimana gue banyak mendapat ilmu dasar Bahasa Inggris yang baik. Karena gue hampir tidak pernah bolos mengikuti kursus, kemampuan gue berbahasa Inggris perlahan mulai membaik. Awalnya dibuktikan dari nilai ulangan gue yang biasanya dapat 7 perlahan mendapat 7,5 sampai 8. Sampai ketika memasuki SMA, nilai bahasa Inggris gue tidak pernah dibawah 9.
Mengikuti kursus LIA pada tahun 2003, gue akhirnya lulus dari LIA di tingkat Advanced pada tahun 2006. Perjalanan yang cukup panjang untuk bisa mahir berbahasa Inggris, bukan? Di balik perjalanan panjang tersebut tentu banyak manfaat yang bisa didapat. Ketika gue ngobrol dengan bule, gue sudah punya kepercayaan diri untuk bisa berkomunikasi dengan mereka.
Cerita mengenai iri juga ada pada saat gue kuliah. Dimana teman baik gue di kampus dengan berani menjalankan bisnis sendiri di online. Saat itu gue terkejut teman gue sudah bisa berbisnis di usia yang masih terhitung muda. Karena gue selalu diliputi rasa iri dan tidak mau kalah, berbulan-bulan gue mencari ide, akhirnya gue bisa menjalankan bisnis sendiri secara online. Bisnis ini gue jalanin bareng cewek gue. Bisnis yang kami jalankan bertemakan Moto GP.
Beragam cara gue jalankan agar bisnis gue ini bisa laku dan dikenal. Puluhan kali kegagalan yang gue dapat dan bahkan cercaan-cercaan yang gue dapat dari beberapa pembeli yang kurang puas, sampai akhirnya, bisnis gue dan cewek gue ini sampai sekarang masih berjalan dan punya keuntungan yang lumayan buat tambahan. Lagi-lagi, butuh perjalanan panjang untuk bisa mencapai titik sukses.
Masih banyak lagi sebetulnya cerita gue tentang sifat iri yang gue punya. Dari cerita gue ini, ada pesan yang ingin gue sampaikan.
"Selama perasaan iri yang kita miliki akan mempunyai efek positif ke depannya, lanjutkanlah rasa iri tersebut. Tapi ketika rasa iri kita ternyata menyebabkan kebencian yang dalam terhadap orang lain, maka hentikanlah segera rasa iri tersebut."
Sekian!